24 April 2009

dismenore sekunder pada endometriosis (review obatnya)

tulisan ini sebenarnya lanjutan dari posting sebelumnya....cuma lebih spesifik pada endometriosis, semoga bermanfaat ya.....

ENDOMETRIOSIS-RELATED DYSMENORRHEA (Review obat)
Endometriosis merupakan salah satu penyebab yang umum dari nyeri pelvis kronis pada wanita dan juga berhubungan dengan infertilitas. Endometriosis dikarakterisasi oleh adanya jaringan endometrial di luar uterus, dan merupakan penyakit yang bersifat kronis dan kambuhan. Tujuan terapi endometriosis adalah untuk memperbaiki gejala dan meningkatkan fertilitas (Sturpe dan Patel, 2005).
Dari algoritma didapatkan bahwa terapi untuk mengobati nyeri pelvis akibat endometriosis dapat digunakan 2 langkah pengobatan. Terapi yang pertama menggunakan terapi pembedahan dan menghilangkan lesi endometriosis setelah dilakukan diagnosis laparoskopi sebelumnya, dan kemudian dilanjutkan dengan terapi menggunakan obat golongan NSAID, inhibitor COX-2, kontrasepsi oral, agonis GnRH, progestin atau danazol. Terapi yang kedua adalah dengan penggunaan langsung obat-obat golongan Non Steroid Antiinflammatory Drugs (NSAIDs), inhibitor spesifik enzim cyclooxigenase-2 (COX-2), kontrasepsi oral, agonis GnRH, progestin, dan danazol setelah dialkukan diagosa secara empirik. Terapi lanjutan ini diberikan selama 6 sampai 9 bulan, dan selanjutnya dilakukan monitoring keberhasilan terapi untuk menentukan langkah terapi yang selanjutnya sesuai dengan respon terapi yang didapat (Nasir dan Bope, 2004).
Kontrasepsi oral merupakan terapi lini pertama pada kasus dismenore sekunder karena endometriosis, namun bukti yang menunjukkan efikasinya masih kurang. Pada sebuah studi double-blind, placebo-controlled, randomized trial, para peneliti di Jepang mengevaluasi efektivitas penggunaan kontrasepsi oral dosis rendah pada 96 pasien endometriosis yang memiliki keluhan dismenore sedang hingga berat. Efektivitas terapi dievaluasi menggunakan visual analog scale dan memberikan hasil bahwa nilai intensitas nyeri akibat endometriosis pada kelompok uji yang menggunakan kontrasepsi oral mengalami penurunan secara signifikan dari nilai baseline. Sedangkan pada kelompok placebo tidak memberikan efek penurunan intensitas nyeri (Davis, 2009).
Penggunaan levonorgestrel dalam bentuk sediaan berupa IUD memberikan efek penurunan keluhan dismenore akibat endometriosis. Penelitian ini telah dilakukan sebanyak dua kali di Eropa. Pada penelitian yang pertama digunakan subyek penelitian sebanya 40 wanita dengan endometriosis tingkat I-IV dan keluhan dismenore sedang hingga berat. Pada kelompok uji, subyek diberi perlakuan berupa penggunaan IUD pasca operasi. IUD yang digunakan adalah sediaan levonorgestrel dosis 20 µg/hari dan digunakan selama 1 tahun. Setiap 3 bulan dalam waktu penelitian dilakukan pengumpulan data tentang efek penggunaan IUD yang diukur menggunakan visual analog scale dan verbal rating scale. Pada kelompok yang menggunakan IUD melaporkan bahwa keluhan dismenore dan dispareunia secara signifikan menjadi lebih sedikit dibandingkan pada kelompok kontrol. Dalam studi yang kedua dengan subyek penelitian 20 wanita dengan endometriosis ringan hingga sedang dan dismenore sedang hingga berat dengan atau tanpa nyeri pelvis. Perlakuan yang diberikan pada kelompok uji adalah penggunaan IUD levonorgestrel 20 µg/hari. Pengukuran intensitas nyeri dilakukan dengan visual analog scale dan memberikan hasil bahwa jumlah hari dengan keluhan nyeri pada tiap bulan mengalami penurunan secara signifikan selama 6 sampai 12 bulan setelah pemakaian IUD tersebut (Lochat, 2002).
Penggunaan Non Steroid Antiinflammatory Drugs (NSAIDs) dan inhibitor spesifik enzim cyclooxigenase-2 (COX-2) juga memberikan efek perbaikan gejala dismenore sekunder. Sebuah studi randomized, double-blind, crossover, controlled trial telah dilakukan untuk menentukan efek analgesik etoricoxib (inhibitor spesifik COX-2) untuk terapi dismenore sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan etoricoxib dosis tunggal 120 mg memiliki efikasi yang sama dengan asam mefenamat sebagai terapi untuk dismenore sekunder. Etoricoxib juga memberikan efek nyeri epigastrik yang lebih kecil dan dapat ditoleransi dengan baik (Ranong, 2007). Obat golongan NSAIDs maupun inhibitor COX-2 pada awalnya digunakan pada dosis maksimal atau mendekati dosis maksimal. Tidak ada bukti yang mendukung tentang penggantian NSAIDs maupun inhibitor COX-2 dari satu obat ke obat yang lain untuk meningkatkan respon terapi meskipun pada praktiknya banyak dijumpai hal tersebut (Nasir L., dan Bope E.T., 2004).

tentang dismenore sekunder

sedikit tulisan tentang dismenore sekunder yang aku kutip dari beberapa sumber....sebenarnya ini tugas kuliah yang kemarin aku kumpulin, tapi daripada cuma tersimpan di laptop jadi aku posting aja, sekalian bagi-bagi informasi

DISMENORE SEKUNDER
1. Definisi
Dismenore sekunder adalah adalah nyeri haid yang disebabkan oleh patologi pelvis secara anatomis atau makroskopis dan terutama terjadi pada wanita berusia 30-45 tahun (Widjanarko, 2006). Pengertian yang lain menyebutkan definisi dismenore sekunder sebagai nyeri yang muncul saat menstruasi namun disebabkan oleh adanya penyakit lain. Penyakit lain yang sering menyebabkan dismenore sekunder anatara lain endometriosis, fibroid uterin, adenomyosis uterin, dan inflamasi pelvis kronis.
2. Etiologi
Dismenore sekunder disebabkan oleh kondisi iatrogenik dan patologis yang beraksi di uterus, tuba falopi, ovarium, atau pelvis peritoneum. Secara umum, nyeri datang ketika terjadi proses yang mengubah tekanan di dalam atau di sekitar pelvis, perubahan atau terbatasnya aliran darah, atau karena iritasi peritoneum pelvis. Proses ini berkombinasi dengan fisiologi normal dari menstruasi sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika gejala ini terjadi pada saat menstruasi, proses ini menjadi sumber rasa nyeri. Penyebab dismenore sekunder dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan, yaitu penyebab intrauterin dan penyebab ekstrauterin (Smith, 2003).
Beberapa penyebab dismenore sekunder yang besifat intrauterin adalah :
a. Adenomyosis
Adenomyosis merupakan suatu kondisi yang dikarakterisasi oleh adanya invasi benign dari endometrium ke perototan uterus, hal tersebut sering berhubungan dengan pertumbuhan abnormal yang menyebar dari perototan. Kondisi ini dilaporkan terjadi pada 25-40% spesimen histerektomi. Nyeri akibat adenomyosis seringkali berhubungan dengan rektum atau sakrum. Endometriosis diketahui dapat terjadi bersamaan pada 15% kasus. Diagnosis akhir adenomyosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan mikroskopik.
b. Myomas
Myomas atau uterine fibroids merupakan kejadian yang paling sering terjadi dan dilaporkan sebanyak 20% wanita berusia lebih dari 30 tahun, dan 30% wanita usia di atas 40 tahun. Ada beberapa ukuran tumor, dari yang paling kecil hingga yang memiliki berat lebih dari 100 pon. Walaupun tumor ini dapat terjadi pada beberapa bagian dari uterus, serviks, atau ligamen, dan hal tersebut yang lebih sering menyebabkan dismenore sekunder. Hal tersebut pula yang menyebabkan distorsi pada uterus dan cavum uterus. Nyeri dirasa meningkat karena disrupsi aktivitas normal otot uterus atau diperngaruhi oleh tekanan intrauterus.
c. Polyps
Meskipun polip bukan penyebab yang sering pada dismenore, massa di dalam rongga uterus dapat menyebabkan nyeri saat menstruasi. Ketika gejala cukup meluas, pertumbuhan massa ini umumnya dapat dideteksi menggunakan virtue of uterine enlargement atau hernia melalui serviks.
d. Penggunaan Intrauterine Devices (IUD)
Penyebab iatrogenik yang umum pada disemenore sekunder adalah penggunaan IUD. Adanya benda asing dapat meningkatkan aktivitas uterus yang dapat menimbulkan nyeri, terutama terjadi pada wanita yang belum memiliki anak. Riwayat dan adanya string IUD pada pemeriksaan fisik memberikan petunjuk yang cukup.
e. Infeksi
Dismenore sekunder merupakan konsekuensi dari adanya infeksi. Ketika infeksi aktif muncul, seringnya muncul secara akut, dan akan terdiagnosa lebih awal. Bekas luka dan adhesi dapat menyebabkan pergerakan serviks visera terbatas dan rasa nyeri. Nyeri ini hanya timbul selama menstruasi, intercourse, gerakan makanan, dan aktivitas fisik, serta akan menetap pada kondisi yang kronis. Riwayat infeksi pelvis, khususnya yang berulang, dengan pemeriksaan nyeri pelvis, penebalan adnexal, perpindahan yang terbatas, dapat menjadi dugaan.
Sedangkan beberapa penyebab yang bersifat ekstrauterin diantaranya adalah :
a. Endometriosis
Endometriosis merupakan kondisi adanya jaringan yang menyerupai membran mukosa uterus yang normal yang terdapat di luar uterus. Lokasi utamanya ditemukannya implan endometrium adalah di ovarium, ligamen uterus, rectovaginal septum, pelvis peritoneum, tuba falopi, rektum, sigmoid, dan kandung kemih, serta lokasi yang jauh dari uterus seperti plasenta dan vagina. Walaupun 8-10% pasien mengalami gejala akut, sebagian besar pasien mengeluhkan dismenore yang berat dengan gejala pada punggung dan rektum. Adanya nodul pada daerah uterosacral, pada pasien yang memiliki gejala menyerupai inflamasi kronis pada pelvis dapat ditentukan kemungkinan adanya endometriosis.
b. Tumor
Tumor yang jinak maupun ganas dapat menyebar pada uterus atau struktur adnexal, dan kemungkinan dapat menyebabkan dismenore atau nyeri pelvis. Walaupun tumor secara tunggal tidak menyebabkan nyeri, adanya massa pada pemeriksaan fisik menjadikan dokter mendiagnosa kemungkinan adanya massa, dan bukan hanya fibroid.
c. Inflamasi
Inflamasi kronis dapat menjadi sumber nyeri pelvis dan dismenore, hal ini dapat terjadi karena efek aktif dari inflamasi atau adanya bekas luka dan kerusakan yang disebabkan sebelumnya.
d. Adhesions
Adhesi muncul dari proses inflamasi sebelumnya atau pembedahan yang dapat menjadi sumber nyeri pelvis kronis, namun jarang menyebabkan dismenore. Meskipun secara umum tidak tampak pada pemeriksaan fisik, riwayat pasien dapat membantu dalam evaluasi kemungkinan penyebabnya.
e. Psikogenik
Dismenore akibat faktor psikologis relatif umum terjadi. Karena seringnya dismenore terjadi dan tidak adanya penjelasan untuk keluhan yang dirasakan pasien, maka dengan mudah dapat dikatakan bahwa rsa nyeri yang ada merupakan salah satu perasaan yang berhubungan dengan kondisi psikologis. Telah banyak laporan mengenai berbagai tipe personal yang diyakini memiliki hubungan dengan dismenore dan nyeri pelvis kronis. Hanya sedikit pasien yang menganggap bahwa nyeri atau dismenore yang dialaminya merupakan nyeri karena pengaruh psikologis.
f. Pelvic congestive syndrome
Istilah dari pelvic congestive syndrome umumnya digunakan untuk pasien dengan keluhan nyeri pelvis yang bersifat kronis atau dismenore yang kambuh dan tidak ditemukan tanda-tanda klinik. Beberapa studi melaporkan bahwa pada pasien dengan gejala ini ditemukan adanya pelebaran pembuluh vena pada pelvis ketika dilakukan laparoskopi. Hal ini menjelaskan bahwa pelebaran vena ini menyebabkan keluhan nyeri dan penebalan pelvis.
g. Non–gynecology
Seperti pada kasus nyeri nyeri pelvis akut, dinding abdominal, kandung kemih, rektum, sigmoid, dan elemen skeletal dari pelvis dapat menjadi sumber penyebab nyeri pelvis kronis. Semua faktor penyebab itu harus didiagnosa melalui pemeriksaan fisik dan riwayat pasien dengan keluhan nyeri pelvis kronis.
(Smith, 2003)
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada dismenore sekunder dan nyeri pelvis dapat beragam dan banyak. Umumnya gejala tersebut sesuai dengan penyebabnya. Keluhan yang biasa muncul adalah gejala pada gastrointestinal, kesulitan berkemih, dan masalah pada punggung. Keluhan menstruasi berat yang disertai nyeri menandakan adanya perubahan kondisi uterus seperti adenomyosis, myomas, atau polip. Keluhan nyeri pelvis yang berat atau perubahan kontur abdomen meningkatkan neoplasi intra-abdominal. Demam, menggigil, dan malaise menandakan adanya proses inflamasi. Keluhan yang menyertai infertilitas menandakan kemungkinan terjadinya endometriosis. Ketika pasien mengeluhkan bahwa gejala mucul setelah penggunaan IUD, tidak tepat jika mengatakan bahwa penggunaan IUD sebagai penyebabnya (Smith, 2003).
4. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umumnya akan memberikan petunjuk untuk penegakan diagnosis atau diagnosis itu sendiri pada pasien yang memiliki keluhan dismenore atau nyeri pelvis yang sifatnya kronis. Adanya pembesaran uterus yang asimetris atau tidak teratur menandakan suatu myoma atau tumor lainnya. Pembesaran uterus yang simetris kadang muncul pada kasus adenomyosis dan kadang terjadi pada kasus polyps intrauterin. Adanya nodul yang menyebabkan rasa nyeri pada bagian posterior dan keterbatasan gerakan uterus menandakan endometriosis. Gerakan uterus yang terbatas juga ditemukan pada kasus luka pelvis akibat adhesion atau inflamasi. Proses inflamasi kadang menyebabkan penebalan struktur adnexal. Penebalan ini terlihat jelas pada pemeriksaan fisik. Namun, pada beberapa kasus nyeri pelvis, pemeriksaan laparoskopi pada organ pelvis tetap dibutuhkan untuk melengkapi proses diagnosa (Smith, 2003).
b. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi
Tes laboratorium pada pasien dismenore sekunder atau nyeri pelvis kronis sangat terbatas. Hitung jenis darah dapat membantu mengevaluasi akibat adanya pendarahan yang terus menerus. Laju enap darah dapat membantu mengidentifikasi adanya proses inflamasi, namun tidak spesifik. Tes radiologi umumnya terbatas untuk etiologi yang tidak berhubungan dengan gynecology, seperti pemeriksaan pada saluran pencernaan dan saluran kemih. Tes ultrasonografi pada pelvis memberikan manfaat yang besar karena memberikan gambaran adanya myoma, tumor adnexal atau tumor lainnya, dan lokasi pemakaian IUD(Smith, 2003).
5. Manajemen terapi
Pengobatan untuk dismenore sekunder maupun nyeri pelvis kronis diarahkan untuk mengurangi dan menghilangkan faktor penyebabnya. Meskipun penggunaan analgetik, antispasmodik, dan pil KB dapat memberikan efek yang bermanfaat namun sifatnya hanya sementara. Hanya terapi spesifik yang bertujuan untuk menghilangkan penyebab yang pada akhirnya akan memberikan keberhasilan terapi. Terapi yang bersifat spesifik ini dapat berupa dari penghentian penggunaan IUD sampai dengan terapi menggunakan anti estrogen pada kasus endometriosis. Dapat juga terapi dengan pemindahan polip sampai dengan hysterectomy. Pada beberapa pasien dengan diagnosa tidak spesifik dimana pemberian terapi untuk meredakan keluhan nyeri tidak dapat mengurangi keluhan dan gejalanya, presacral neuroctomy dapat bermanfaat (Smith, 2003).

21 April 2009

21 April 2009

pagi ini aku dapat sms dari sahabat :
"selamat hari kartini...
terus berusaha meneruskan perjuangan RA Kartini dengan menjadi yang terbaik sesuai peran dan profesi masing-masing.
semangat dalam berkarya..."
jadi ingat kalau ternyata hari ini tanggal 21 April, hari bersejarah bagi perempuan Indonesia. sampai di kampus, ternyata ada pengumuman kalo hari ini diajakin buat pake batik. tapi berhubung dah terlanjur pake bukan batik ga mungkin aku balik lagi hanya buat ganti baju.
tapi yang membuatku salut adalah masih banyak teman-teman yang perhatian tentang hari ini. mereka yang meskipun sedang sibuk dengan tugas akhirnya masing-masing, masih meluangkan sedikit waktunya untuk berbagi sms ucapan selamat hari kartini. masih meluangkan waktu untuk mengajak teman-temannya memperingati hari ini dengan mengenakan baju batik.
terimakasih teman, hari ini kalian telah menunjukkan bahwa semangat kepahlawanan masih ada dalam diri pemuda Indonesia. semoga semangat RA Kartini selalu menjadi semangat kita semua. semoga kita dapat meneladaninya untuk membawa bangsa ini lebih maju di masa yang akan datang

19 April 2009

reuni di tempat pengantin

ahad, 19 april 2008
bareng temen2 sekelas waktu SMA dulu aku berencana untuk maen ke tempat teman. besok dia melangsungkan akad nikah, namun karena aku dan yg lain besok pada ga bisa datang, jadi kita datang hari ini aja.
janjian kumpul di SMA jam 9 pagi, baru kali ini aku datang paling awal lho, biasana juga paling akhir hehehe.... mampir beli kado dulu sebelum ke rumah pengantin. setelah satu jam berdesakan di toko kado, akhirnya diputuskan untuk memilih beberapa kado, dan langsung ke rumah tujuan.
sepuluh orang (7 cewek dan 3 cowok) sampai juga di tujuan,tapi koq yang didatangi baru pergi keluar jemput kakaknya ternyata. tapi ga lama kemudian datang juga yang dicari. ngobrol ngalor ngidul seperti biasanya kalau kita kumpul. Pak ketua dengan gayanya yg sedikit "nyebelin" (maaf pak), whimp dan poth yang asyik menikmati "permen berasapnya" dan ibu-ibu yang ngobrol kesana kemari. maklum kesempatan yang jarang tapi sering ada karena diadakan untuk melepas kangen dan berbagi cerita.
satu tema obrolan yang entah kapan ada jawabannya, yaitu dimana besok kita akan "jagong" lagi. yach....giliran siapakah selanjutnya alias siapa yang akan menyusul untuk berganti status menjadi tuan atau nyonya.hehehe.... entah kapan dan dimana kita akan berkumpul lagi rame-rame, yang pasti akan selalu dinantikan saat-saat kebersamaan seperti itu lagi. karena kita adalah sahabat dan saudara untuk kita.
buat teman-teman 2G tercinta, terimakasih untuk kebersamaan ini...
buat pengantin berdua, selamat menempuh hidup baru, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah, amin....

17 April 2009

tentang cinta (2)

cinta itu menunggu lama untuk berbicara karena kamu terlalu jauh meskipun sebenarnya dekat

cinta itu juga yang membuat kamu terasa dekat meski sebenarnya terlalu jauh

do'a cinta

YA ALLAH
Jika aku jatuh hati, tautkan hati ini pada dia yang senantiasa mencintaiMu
Labuhkan jiwa ini pada dia yang membuatku semakin mengagumiMu
Sandarkan raga ini pada dia yang memperkuat ibadahku kepadaMu
YA RABB
Jika aku jatuh cinta, jangan biarkan cintaku kepadanya melalikan cintaku kepadaMu
Pun jangan biarkan cintaku untukMu berkurang
Bimbinglah kami untuk senantiasa tawadzun dalam hidup
Amin....

kata seorang teman

orang-orang paling bahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, karena mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya..

tuliskan rencana hidup kita dengan sebuah pensil, tapi berikan penghapusnya pada Allah…karena Dia yang akan menghapus bagian yang salah dan menggantikan dengan rencanaNya yang lebih indah..

Setiap detik perlu perjuangan karena setiap detik penuh peluang

14 April 2009

sedikit mengenai penggunaan obat tetes mata

Sebagian besar dari kita pasti pernah mengalami sakit pada mata baik karena iritasi ringan maupun penyakit mata yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, kebanyakan orang akan menggunakan obat yang dibuat khusus untuk digunakan pada mata. Salah satu bentuk sediaan obat tersebut adalah tetes mata. Dalam menggunakan tetes mata sebenarnya perlu diperhatikan beberapa hal penting yang akan mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Berikut ada sedikit informasi mengenai cara penggunaan tetes mata yang benar dan beberapa hal yang harus diperhatikan. Semoga bermanfaat.
Cara penggunaan tetes mata yang benar :
1. Cuci tangan terlebih dahulu menggunakan sabun
2. Posisi berdiri atau duduk di depan cermin
3. Buka tutup botol tetes mata
4. Periksalah terlebih dahulu ujung penetes untuk memastikan tidak pecah atau patah
5. Jangan menyentuh ujung penetes dengan apapun dan usahakan tetap bersih
6. Posisikan kepala menengadah dan tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah sampai terbentuk cekungan
7. Pegang obat tetes mata dengan ujung penetes di bawah sedekat mungkin dengan mata tapi tidak menyentuhnya
8. Perlahan-lahan tekan botol tetes mata hingga jumlah tetesan yang diinginkan dapat menetes dengan benar pada cekungan yang terbentuk dari kelopak mata bagian bawah
9. Tutuplah mata selama kurang lebih 2-3 menit
10. Bersihkan kelebihan cairan dengan tissu
11. Ulangi lagi untuk mata yang lain jika perlu
12. Tutup kembali obat tetes mata tersebut, jangan mengusap atau mencuci ujung penetesnya
Obat tetes mata merupakan cairan yang steril (bebas dari bakteri) sebelum tutup botolnya dibuka, maka setelah dibuka sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk dan gelap. Jangan menyentuh ujung penetes dengan benda apapun. Selain itu obat tetes mata sebaiknya tidak digunakan untuk bersama-sama. Jika menggunakan obat tetes mata lebih dari satu, maka setelah menggunakan obat yang pertama sebaiknya ditunggu sampai 2 menit baru kemudian menggunakan obat yang selanjutnya.
Hal lain yang diperhatikan adalah menjauhkan obat dari jangkauan anak-anak. Botol obat sebaiknya dibuang setelah waktu yang direkomendasikan, jadi untuk lebih memudahkan sebaiknya dicatat kapan waktu pertama kali obat digunakan. Pemakaian lensa kontak sebaiknya dihindari pada saat penggunaan tetes mata, karena obat dan pengawet yang ada dalam obat akan dapat terakumulasi dalam lensa kontak.

12 April 2009

KOLERIS...??? yes I am

Habis ikutan kuis di facebook nie, tentang test kepribadian. And the result is....
KOLERIS
Lebih lanjutnya ada penjelasan seperti ini :
Kolerik (Choleric) - Cairan empedu kuning(Choler) – Aktif - “Yang Kuat”. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia `suruh’ melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy’ itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban’ karakternya yang suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.
Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya, tanpa saya berantakan semua”. Karena itu mereka sangat “goal oriented”, tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah. Kolerik memiliki kemauan keras dalam mencapai sesuatu. Ia adalah seorang yang aktif, praktis, cekatan, mandiri, dan sangat independen. Ia cenderung bersikap tegas dan berpendirian keras dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Ia adalah tipe orang yang sangat menyukai aktivitas. Ia tidak perlu dirangsang oleh lingkungannya, tetapi justru ia yang merangsang lingkungannya melalui ide-idenya yang tidak pernah berakhir, rancangan, sasaran, dan ambisinya. Ia bukan tipe orang yang mudah menyerah terhadap tekanan dari orang lain. Bahkan tekanan tersebut justru semakin mendorongnya untuk terus maju.
Bagian yang paling sedikit berkembang dari seorang kolerik ialah emosinya. Ia tidak mudah bersimpati kepada orang lain. Ia bukan orang yang dengan mudah mengekspresikan perasaannya kepada orang lain. Ia cenderung tidak peka terhadap kebutuhan orang lain. Ia cenderung bersifat dominan dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat.
Ehm...benarkah ini diriku????
Sepertinya tidak semua penjelasan di atas mewakili diriku. Kalo urusan tunjuk menunjuk itu memang sering aku lakukan, coz aku memang orang yang paling mudah bilang “tolong ini dunk....tolong itu dunk....”. apalagi kalo dah dalam acara “kerja bakti” melakukan sesuatu.
Tentang kemauan yang keras....ehm...sebenarnya ga juga. Aku sebenarnya orang yg mudah menyerah. Apalagi kalo harus kerja sendirian, mungkin inilah yang membuatku “suka” minta tolong sama orang lain.
Sifat yang lainnya, sepertinya sesuai dengan diriku. Tapi penilaian orang kadang memang berbeda. jadi, untuk kamu yang belum mengenalku mungkin ini bisa menjadi sebuah informasi. Nah, buat yang sudah terlanjur mengenalku, ya harap dimaklumi ya kalau selama aku berinteraksi denganmu banyak sifat dan sikapku yang mungkin membuatmu tidak nyaman.

11 April 2009

TENTANG STROKE

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
Jenis-jenis Stroke
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik maupun stroke hemorragik. Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.
Pada stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung.

untuk lebih lengkapnya silakan baca disini

05 April 2009

yOu'vE gOt a fRieNd

When you're down and troubled
And you need a helping hand
And nothing, nothing is going right
Close your eyes and think of me
And soon I will be there
To brighten up even your darkest night

You just call out my name
And you know wherever I am
I'll come running to see you again
Winter, spring, summer or fall
All you have to do is call
And I'll be there, yeah, yeah, yeah.
You've got a friend

If the sky above you
Should turn dark and full of clouds
And that old north wind should begin to blow
Keep your head together
And call my name out loud, yeah
Soon I'll be knocking upon your door

You just call out my name
And you know wherever I am
I'll come running, oh yes I will
To see you again
Winter, spring, summer or fall
All you have to do is call
And I'll be there, yeah, yeah, yeah.

Ain't it good to know that you've got a friend
When people can be so cold
They'll hurt you, and desert you
And take your soul if you let them
Oh yeah, but don't you let them

You just call out my name
And you know wherever I am
I'll come running to see you again
Winter, spring, summer or fall
All you have to do is call
And I'll be there, yes I will.

You've got a friend
You just call out my name
And you know wherever I am
I'll come running to see you again (oh baby don't you know)
Winter, spring, summer or fall
All you have to do is call
Lord, I'll be there yes I will.
You've got a friend

Oh, you've got a friend.
Aint it good to know you've got a friend.
Aint it good to know you've got a friend.
You've got a friend.

04 April 2009

ROKOK DAN PARU-PARU

Kenapa dengan rokok dan paru-paru? Adakah kaitannya....???
Dari kuliah farmakoterapi sistem pernapasan saya jadi mengerti apa hubungan rokok dan paru-paru. Ternyata pertanyaan saya waktu kecil kenapa kok merokok itu tidak sehat telah mendapat jawabannya. Berikut ini sedikit informasi dari kuliah yang saya dapatkan di semester 7 kemarin.

Kebiasaan merokok memang tidak baik untuk kesehatan, apalagi untuk paru-paru kita. Data epidemiologi pada tahun 2001 menyatakan bahwa penyakit pernapasan merupakan penyebab kematian kedua di Indonesia. Salah satu penyakit pernapasan yang berhubungan dengan kebiasaan merokok dan paru-paru adalah Penyakit Paru Obstruksi Akut (PPOK). Menurut WHO (World Health Organization), penyakit PPOK didefinisikan sebagai penyakit yang dikarakterisir oleh adanya obstruksi saluran pernapasan yang tidak reversibel sepenuhnya. Aliran udara yang tersumbat pada penyakit ini bersifat progresif dan berkaitan dnegan respon inflamasi abnormal paru-paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya.

Beberapa faktor resiko yang menyebabkan seseorang mengalami PPOK dibedakan menjadi faktor paparan lingkungan dan faktor dari pasien. Faktor dari lingkungan diantaranya adalah :
a. merokok, orang dengan kebiasaan ini mempunyai resiko terkena PPOK 30 kali lebih besar daripada orang yang tidak merokok. Namun perokok pasif yang sering terkena paparan asap rokok juga mempunyai resiko untuk terkena PPOK. Kematian akibat PPOK berhubungan dengan banyaknya rokok yang dihisap, usia mulai merokok, dan status merokok yang terakhir saat PPOK berkembang.
b. pekerjaan, beberapa pekerjaan yang dapat menjadi faktor penyebab PPOK adalah pekerja tambang emas atau batubara, industri gelas dan keramik (paparan debu silika), pekerja yang terpapar debu katun, debu gandum, toluene diisosianat dan asbes.
c. polusi udara, asap dapur dan asap pabrik dapat menyebabkan gangguan paru-paru semakin memburuk.Faktor resiko yang berasal dari pasien diantaranya adalah :
usia, bertambahnya usia menyebabkan resiko terkena PPOK semakin besar.
d. jenis kelamin, laki-laki mempunyai resiko yang lebih besar dibanding wanita, berkaitan dengan kebiasaan merokok yang lebih sering dilakukan oleh laki-laki.
e. gangguan fungsi paru-paru, adanya penurunan fungsi paru-paru memberikan resiko terkena PPOK yang lebih besar. Gangguan paru-paru yang dimaksud diantaranya adalah infeksi TBC atau bronkiektasis.
f. genetik, predisposisi genetik berupa defisiensi a1 antitripsin yang bersifat protektif menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan terhadap kerusakan paru-paru.

Patofisiologi dari penyakit PPOK beruap gangguan yang disebut oleh bronkitis kronis dan emfisema. Bronkitis kronis adalah kondisi dimana terjadi sekresi mukus atau lendir yang berlebihan ke dalam cabang bronkus yang bersifat kronis dan kambuhan, disertai batuk yang terjadi pada hampir setiap hari selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut. Sedangkan emfisema adalah kelainan paru-paru yang dikarakterisir oleh pembesaran rongga udara bagian distal sampai ujung bronkiole yang sifatnya abnormal dan permanen, disertai dengan kerusakan dinding alveolus.

Diagnosa PPOK ditegakkan berdasarkan adanya gejala-gejala meliputi batuk, produksi sputum, dispnea, dan riwayat paparan faktor resiko. Indikator kunci untuk mempertimbangkan diagnosa adalah :
a. Batuk kronis, terjadi berselang atau setiap hari, dan seringkali terjadi sepanjang hari.
b. Produksi sputum secara kronis.
c. Bronkitis akut yang terjadi secara berulang.
d. Dispnea atau sesak napas yang bersifat progresif sepanjang waktu, setiap hari, memburuk saat berolahraga dan saat ada infeksi pernapasan.
e. Riwayat paparan terhadap suatu faktor resiko (merokok, partikel dan senyawa kimia, asap dapur).

Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan rehabilitasi paru-paru secara komprehensif termasuk fisioterapi, latihan pernapasan, latihan relaksasi, perkusi dada dan drainase postural, mengoptimalkan perawatan medis, mendukung secara psikososial, dan memberikan edukasi kesehatan. Pemberian nutrisi yang tepat, yaitu diet kaya protein dan mencegah makanan yang berat menjelang tidur, serta menhindari konsumsi susu.

Terapi farmakologi yang dapat diberikan diantaranya adalah penggunaan antikolinergik, obat-obat simpatomimetik dari golongan beta 2 agonis atau kombinasi keduanya, golongan metilksantin, kortikosteroid, pemberian oksigen jangka panjang dan bahkan dapat diberikan pula antibiotik untuk kondisi tertentu dimana antibiotik sudah diperlukan.

(dikutip dari : Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernapasan_Dr. Zullies Ikawati, Apt.